Selasa, 22 Juni 2010

Industri Perkapalan, "Teak Boat" Diminati Korea Selatan

Dua tahun terakhir ini, teak boat atau kapal berbahan baku kayu jati buatan galangan kapal UD Jati Pagar Nusa di Desa Kalipang, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, telah menembus pasar Korea Selatan dan Belanda. Kapal-kapal itu laku 4.000-10.000 dollar AS (setara Rp 37,6 juta-Rp 94 juta).

Pemilik UD Jati Pagar Nusa, Rasnadi, Rabu (18/11) di Rembang, mengatakan, kolektor kapal tradisional Korea Selatan telah membeli perahu tradisional nelayan Rembang, lolope, seharga 6.000 dollar AS. Kapal yang murni terbuat dari kayu jati itu berukuran panjang 7,3 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 0,5 meter.

UD Jati Pagar Nusa, lanjut Rasnadi, juga telah membuat pleasure boat atau kapal pesiar mini sesuai pesanan pebisnis asal Korea Selatan. Namun, bahannya dari kayu mahoni. Kapal sepanjang 7 meter, lebar 2,3 meter, dan tinggi 1 meter itu laku 10.000 dollar AS.

”Saat ini kami sedang melakukan komunikasi bisnis dengan pengusaha Belanda. Dia meminta kami menggarap dek kapal pesiar mini senilai 4.000 dollar AS. Perbincangan sudah memasuki ranah konsultasi desain,” ujar Rasnadi.

Australia

Tahun 2010 UD Jati Pagar Nusa berencana menjajaki pasar Australia. Sasarannya adalah pengusaha Australia yang sudah lepas kerja dan tinggal menikmati hasil kerjanya.

Namun, penjajakan menghadapi sejumlah kendala, antara lain, nama UD Jati Pagar Nusa yang belum tenar dan belum menemukan relasi yang mampu diajak bekerja sama di Australia.

Menurut staf laboratorium desain Jurusan Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Sukisno, teak boat Indonesia tergolong prospektif. ”Sebab, selama ini pasar perkapalan didominasi kapal-kapal berbahan baku aluminium dan fiber,” ujarnya.

Dia menyarankan agar pengusaha galangan kapal di Indonesia terus menjajaki pasar perkapalan luar negeri, tetapi dipersiapkan juga konsultan desain kapal karena pembeli kapal asal luar negeri selalu mengonsultasikan desain kapal. (Kompas/ HEN/ 19/11/09)

Senin, 14 Juni 2010

Afganistan Terpuruk karena Konflik dan Korupsi

Berlin, Selasa - Organisasi terkemuka Transparansi Internasional merilis daftar indeks korupsi negara-negara di dunia tahun 2009, dengan menempatkan Somalia sebagai negara paling korup di urutan ke-180 dan Afganistan di tempat kedua terbawah, atau urutan ke-179.

Daftar tahunan TI itu menunjukkan bagaimana negara-negara yang dilanda konflik kemudian dijalankan dengan praktik-praktik penyuapan dan korupsi. Dalam daftar TI itu, negara-negara yang dilanda konflik menepati urutan-urutan terbawah. Myanmar menempati urutan ke-178, Sudan ke-176, Irak ke-176, dan Chad ke-175.

Indonesia pada tahun 2009 menempati urutan ke-111, bersama Mesir, Kiribati, Mali, Djibouti, Kepulauan Solomon, Mali, Togo, Sao Tome, dan Principe, dengan nilai total 2,8.

Adapun negara paling bersih dari praktik korupsi pada tahun 2009 ditempati Selandia Baru, disusul Denmark (2), Singapura (3), Swedia (4), dan Swiss (5).

TI yang bermarkas besar di Berlin itu menjelaskan, negara-negara yang infrastrukturnya ”tercabik-cabik” oleh konflik membutuhkan bantuan dari luar untuk mencegah mengakarnya budaya korupsi.

”Masyarakat internasional harus menemukan cara yang efisien untuk membantu negara-negara yang tercabik-cabik perang untuk mengembangkan dan mempertahankan lembaga-lembaganya,” jelas Ketua TI Huguette Labelle, Selasa (17/11).

Secara keseluruhan, daftar korupsi 2009 menunjukkan ”kekhawatiran besar” karena mayoritas negara mendapatkan nilai di bawah lima, dari skala penilaian nol (paling korup) sampai 10 (paling bersih).

Pemerintahan Karzai

Afganistan yang pada tahun sebelumnya mendapat skor 1,5, tahun ini mendapat skor lebih rendah, yaitu 1,3, yang mengindikasikan buruknya kinerja pemerintahan Hamid Karzai.

Daftar Indeks Persepsi Korupsi TI 2009 itu juga menjadi ”pembenar” atas tuduhan pemerintahan Karzai yang korup, seperti ditudingkan lawan-lawan politik Karzai dan juga negara-negara pendukungnya.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pekan ini memperingatkan Karzai bahwa dukungan finansial AS akan dikaitkan dengan upaya-upaya untuk mengatasi korupsi dan penghapusan budaya ”impuniti” terhadap mereka yang korup.

Penurunan peringkat bukan hanya dialami negara-negara yang berada dalam kondisi konflik. Sejumlah negara maju Eropa pun mengalami kemunduran dalam soal korupsi.

Italia, yang merupakan anggota G-7, melorot dari peringkat ke-55 pada tahun 2008 menjadi ke-63 pada tahun ini. Anggota Uni Eropa, Yunani, bahkan turun jauh dari rangking ke-57 menjadi ranking ke-71.

China, yang dikenal keras dalam memerangi korupsi, mendapatkan nilai yang sama dengan tahun sebelumnya, yaitu 3,6. Namun, dari ranking China juga turun, dari 72 ke posisi 79.

AS menunjukkan perbaikan dengan total nilai naik dari 7,3 ke 7,5, tetapi peringkatnya turun dari 18 menjadi 19.

Kemajuan besar dicatat oleh Norwegia, Qatar, Arab Saudi, Montenegro, dan Malawi. Arab Saudi tahun ini menempati ranking ke-63 bersama-sama Italia. Adapun Qatar menempati ranking ke-22, dengan nilai 7,0. Meskipun masih di bawah, Irak juga menunjukkan perbaikan, dengan nilai 1,5 dari 1,3 pada tahun lalu. (Kompas:/AP/AFP/OKI/ 18/11/2009)

Minggu, 06 Juni 2010

Kunjungan Obama, Lebih Baik di Tunda ?

Banyak info mengatakan, bahwa batalnya Obama ke Indonesia, disebabkan adanya perubahan yang kurang  proporsional terkait Amerika di Indonesia. Di tataran tingkat tinggi, sesungguhnya ada anggapan bahwa Amerika dan Indonesia itu dua Negara sekawan, yang sejak dahulu saling menghargai; tetapi belakangan ini, Indonesia lebih di isi oleh pandangan negatip khususnya karena, sangat dipengaruhi oleh perkalukan AS di dunia Islam, dan juga lemahnya AS dalam melobi kebrutalan Israel di wilayah Palestina. Orang jadi bernaggapan. Apakah ada manfaatnya berkawan dengan Negara yang seperti itu, yang dalam pergaulannya, sering bertindak laksana preman dan tidak peka dengan kesengsaraan orang lain. Jadi kalau di lihat dari kacamata seperti ini, memang ada baiknya agar Obama, membatalkan dahulu kunjungannya ke Indonesia; tetapi persi resminya ala media bisa jadi seperti yang dimuat oleh berbagai media  berikut ini;

Kompas, Washington,  Tumpahan minyak terburuk dalam sejarah AS memberikan sebuah ujian pada kepemimpinan Presiden AS Barack Obama. Karena masalah itu juga, Obama membatalkan kunjungan yang sedianya dilakukan bulan ini ke Australia dan Indonesia.

Staf Khusus Presiden Bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (4/6), mengatakan, Presiden Obama menghubungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui sambungan telepon pada Jumat pukul 09.00 pagi.

Presiden Obama meminta maaf karena terpaksa menunda kembali kunjungannya ke Indonesia yang semula direncanakan pada Juni 2010 ini.

Penundaan ini terjadi kedua kalinya setelah sebelumnya Presiden Obama dijadwalkan mengunjungi Indonesia pada Maret lalu. Penundaan ketika itu dilakukan karena pemerintahan Obama masih perlu menggalang dukungan untuk meloloskan rancangan undang-undang reformasi layanan kesehatan.

Dino menjelaskan, dalam percakapan telepon selama sekitar 10 menit itu Presiden Obama menjelaskan bahwa ia kembali harus menunda kunjungannya kali ini semata-mata karena ia harus memfokuskan perhatian pada upaya untuk menanggulangi pencemaran minyak di perairan Teluk Meksiko.

Menjawab penjelasan Presiden Obama, Presiden Yudhoyono menyampaikan bahwa ia dapat memahami hal itu. ”Kedua pemimpin juga sepakat mencari tanggal yang tepat untuk kunjungan Presiden Obama ke Indonesia, mungkin November atau sebelumnya. Ini akan dirundingkan oleh pejabat kedua negara,” ujar Dino.

Dino menampik gagasan bahwa penundaan kunjungan Presiden Amerika Serikat itu terkait meningkatnya sentimen negatif terhadap Israel pascaserangan misi kemanusiaan ke Jalur Gaza, Palestina. ”Presiden Yudhoyono justru sudah siap membicarakan masalah Palestina dengan Presiden Obama,” ujar Dino.

Dalam konteks bilateral, persiapan logistik, protokoler, dan substansial untuk menyambut Presiden Obama di Indonesia juga sudah siap.

Logistik dikembalikan

Karena pembatalan itu, sebagian logistik milik Pemerintah AS yang sudah sampai di Pulau Bali dipastikan segera diambil. Pengambilan logistik itu diperkirakan seiring dengan penarikan aparat intelijen AS yang sudah berada di Bali sejak awal pekan ini.

Komandan Pangkalan Udara Ngurah Rai Letkol Penerbang Adrin P Mongan di Denpasar, Jumat (4/6), mengatakan, ”Logistik yang sudah ada di Bali akan ditarik kembali oleh Angkatan Udara AS. Saya kira paling cepat awal pekan depan penarikan akan dilakukan,” kata Aldrin.

Pesawat kargo milik Angkatan Udara AS jenis Boeing C-17 Globemaster mendarat di Base Operasional Pangkalan Udara Ngurah Rai, Denpasar, Rabu lalu. Pesawat itu mengangkut logistik Obama. (Reuters/AFP/ DI/day/ben/har)