Rabu, 02 Maret 2016

Konflik di Timur Tengah dan Konflik di Sekitar Kita



Konflik di Timur Tengah dan Konflik di Sekitar Kita
Oleh harmen batubara

Melihat pengungsi Suriah, hati kita pasti tersentuh – Coba bayangkan ada lebih dari satu juta pengungsi dan imigran telah tiba di Eropa sejak awal 2015. Kebanyakan di antara mereka mencapai Eropa melalui jalur laut. Menurut data Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), total pengungsi yang memasuki Eropa sepanjang 2015 berjumlah 1.000.573 jiwa. Mereka mendarat di Yunani setelah menempuh laut Mediterania yang berbahaya. 80 Persen di antaranya masuk Eropa melalui pulau Lesbos, Yunani. Sekitar 884.000 pengungsi memulai perjalanan mereka melalui Turki. Sekitar 150.000 di antara mereka menyeberangi laut Mediterania dari Libya ke Itali. Ini adalah krisis pengungsi terburuk sejak Perang Dunia II. Ini adalah contoh konkrit kalau sebuah negara sudah saling gontok-gontokan diantara sesama mereka sendiri. Terlepas itu salah siapa.

Indonesia sesungguhnya membu tuhkan seorang pemimpin “bangsa” atau sekelompok pemim pin bangsa yang mampu memba ngun jembatan bagi tumbuhnya “moulting pot” Indonesia yang kukuh dalam kehidupan berbangsa dan negara. Bagi tumbuhnya kesadaran bersama terhadap ancaman nyata bagi kehidupan bangsa.Mempererat rasa sebangsa dan setanah air. Pemimpin yang bisa diharapkan untuk mampu mengambil peran ketika ancaman proxy war sudah ada di sekitar kita. proxy war adalah perang tersembunyi  didesain untuk menghancurkan suatu negara atau suatu kepemimpinan negara dengan memanfaatkan kelompok apa saja seperti teroris, LSM, Ormas, Kelompok Masarakat atau malah tokoh perorangan dengan memanfaatkan kondisi lokal yang ada.
Kenapa hal seperti ini menjadi penting kita kemukakan di negara kita? Hal itu kita bisa lihat dengan apa yang terjadi di Timur Tengah, di Afrika. Apa yang kita lihat di kedua benua itu adanya berbagai pihak yang melancarkan proxy war-pihak yang mampu mengorganisir berbagai konfrontasi antar dua atau lebih kekuatan kelompok dengan menggunakan dan memanfaatkan isu lokal-dan perbedaan apa saja demi terciptanya konflik. Aktor yang mereka manfaatkan dapat berupa teroris, LSM, media massa, ormas, tokoh masyarakat, kelompok masyarakat atau malah preman. Perlahan tapi pasti kondisi itu juga sebenarnya ada di tengah-tengah bangsa kita. Khususnya kalau kita melihat semangat konflik yang hidup di lingkungan media, buruh, di lingkungan anak muda-mahasiswa-siswa dan malah dikalangan warga kampung dan antar kampung.
Memperkuat Semangat Kebersamaan
Memperkuat Semangat Kebersamaan Kalau saja kita melihat sejarah kehidupan bangsa kita sendiri, sebenarnya nenak moyang kita bahkan kita sendiri sudah kenyang dengan politik adu domba-adu sirik-mempertentangkan yang satu dengan yang lainnya- mempertentangkan agama yang satu dengan-agama yang lain- kelompok yang satu dengan kelompok yang lain-memanfaatkan kelompok ini untuk menghantam kelompok yang itu- Islam di adu dengan Komunis-komunis dihadapkan dengan militer dan militer menghamba pada kekuaasaan. Tetapi nampak-nampaknya semuanya itu belum juga cukup-rasa hawatir di adu domba itu malah sedikitpun kita tidak punya. Malahan kesan yang muncul kita lebih senang kalau keadaan jadi kacau. Padahal kita sendiri yang merasakan akibatnya.
Hal lain yang tengah bergairah bagi tumbuhnya lahan bagi arena konflik dan jadi medan empuk bagi tumbuhnya proxy war adalah makin terbukanya semua yang bangsa kita punya terhadap apapun juga. Dari segi Geografi misalnya, negara kita memang tepat berada di tengah arus dua samudara (pasifik-Hindia) dan dua benua ( Asia-Australia). Indonesia sendiri sudah dapat dijadikan sebagai pasar yang menggairahkan bagi produk produk pihak mana saja, khususnya pihak asing. Diakui atau tidak kita melihat banyak rintangan yang ada atau malah kurang diberi fasilitasi, sehingga dapat menghambat perkembangan SDM dan teknologi Indonesia; bahwa ada semasa dahulu kita mendengar akan adanya pendidikan yang gratis dan bermutu; akan adanya pusat-pusat latihan ketrampilan berkualitas; akan adanya program kesehatan yang akan memberi bantuan saat warga sakit; tapi pada kenyataannya meski sudah membaik tapi sepertinya masih sangat jauh untuk dijangkau. Kita juga melihat kini pihak asing tengah giat-giatnya melakukan investasi besar-besaran di negara kita; peluangkah itu bagi kita atau akan membuka lapangan kerja bagi para pekerja asing itu sendiri? Kemudian kita makin sadar bahwa telah lahir adanya kelompok-kelompok teroris yang mulai tumbuh di sekitar kita; masuknya narkoba dengan budaya ikutannya termasuk budaya konsumtif. Semua itu memperlihatkan bahwa negara kita memang sudah menjadi medan yang ideal bagi proxy war itu sendiri.
Fakta Kebersamaan
Mabes TNI menandatangi pakta pertahanan proxy war media dengan sebelas organisasi dan salah satu media massa. Penandatanganan  dalam rangka memerangi ancaman proxy war media ini dilakukan di Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur. Kesebelas organisasi yang ikut menandatangani pakta pertahanan proxy war media adalah Produksi Film Indonesia, Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Persatuan Guru Republik Indonesia, Ikatan Penerbit Indonesia, Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia, Indonesian Cable Television Association, Komisi Corporation Social Responsibility Nasional, Asosiasi Baitul Maal wa Tamwil, Buqu Global, NIN Media dan Dewan Masjid.
Dalam pesannya panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, ancaman proxy war semakin nyata dan dilakukan dengan langkah yang soft serta tidak melanggar HAM. Proxy war berperang di segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara serta tidak terlihat karena menggunakan segala macam cara dan yang paling efektif adalah menggunakan media. Untuk menghadapi semua itu, maka perlu ada media yang dapat menyeimbangkan namun dengan biaya yang murah dan dapat menjangkau semuanya. Inilah yang dilakukan TNI dengan menjalin  kerja sama dengan masyarakat dan media. “Saya bangga kita semua berbuat yang terbaik dan berani mengambil sikap yang tulus ikhlas untuk kemajuan bangsa Indonesia, karena memang TNI tidak bisa melaksanakan tugas pokoknya melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia sendirian,” ujar Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Sabtu 27 Februari 2016.


Medan Lain Perlu Perhatian  dan Pembenahan
Fakta pertahanan lain yang kini perlu dibentuk adalah dilingkungan buruh, lingkungan perguruan tinggi, lingkungan sekolah dan ditengah-tengah perkampungan. Tetapi sebelum fakta itu bisa diyakinkan sesungguhny ada beberapa hal yang perlu digarap oleh pihak terkait untuk bisa mensinergikan kehidupan di antara warga-warga yang kita sebutkan diatas. Misalnya dalam hal buruh-kita melihat bahwa kehidupan buruh itu sebenarnya berada dalam bentuk-bentuk kluster kehidupan. Mereka berada dan hidup disekitar lokasi pabrik atau tempat usaha mereka bekerja. Kita ingin menyarankan agar di kluster mereka ini ada dibuka berbagai tempat latihan ketrampilan yang berkaitan atau yang menjadi alternative keahlian yang bisa mereka dapatkan. Tempat latihan ketrampilan ini diharapkan di organisir oleh lembaga terkait (Kementerian/Lembaga) atau oleh swasta nirlaba dan CSR perusahaan itu sendiri. Kemudian di lokasi-lokasi sekitarnya juga dikembangkan Rumah Sakit atau Puskesmas yang bisa di akses para buruh dan keluarganya; juga lawanan sekolah yang berkualitas dan gratis.
Begitu juga untuk para mahasiswa dan siwa-kita melihat ada banyak waktu yang mereka punya tapi tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. Kita ingin menyampaikan kalau misalnya Kementerian/Lembaga terkait dapat menghadirkan sentra-sentra pelatihan ketrampilan penunjang bagi kemudahan bagi para mahasiswa dan siswa itu di sekolahnya. Jadi perangkat latihan itu dihadirkan di lingkungan kampus atau sekaolah mereka secara sinergi antara Kementerian/Lembaga dan pihak universitas/sekolah mereka. Misalnya pelatihan software yang memang diperlukan dalam kegiatan kuliah dan belajar mereka. Misalnya untuk kalangan mahasiwa di Kampus-kampus mereka mestinya ada pusat-pusat latihan software yang jadi bagian dari pembelajaran atau mata kuliah atau mata pelajaran mereka. Kegiatan ini bisa jadi kegiatan ekstra kulikuler; dan hal hal seperti ini dapat juga dipadukan dengan kehidupan kepramukaan; resimen mahasiswa; dan berbagai ketrampilan lain yang memang mereka akan tertarik.

Negara kita memerlukan pusat-pusat pelatihan ketrampilan yang baik dan menarik. Pusat-pusat pelatihan yang berkualitas yang bisa meningkatkan keahlian atau ketrampilan anak-anak muda kita di seluruh strata. Terumata di lingkungan buruh, mahasiswa, siswa bahkan bagi warga biasa. Karena kita percaya, kalau mereka mempunyai ketrampilan aka nada saja nilai tambah yang bisa mereka hasilkan. Hal itulah sesungguhnya yang kita perlukan. Nilai tambah bagi kehidupan warga kita agar bisa lebih trampil dan tidak kalah bersaing dengan bangsa lain. Pusat pusat pelatihan yang membuat mereka tumbuh jadi SDM yang lebih berkualitas, bukan sebaliknya yang jadi terlibat dalam kegiatan tawuran dan semacamnya.