Konflik di Timur Tengah dan Konflik
di Sekitar Kita
Oleh harmen batubara
Melihat pengungsi Suriah, hati kita
pasti tersentuh – Coba bayangkan ada lebih dari satu juta pengungsi dan imigran
telah tiba di Eropa sejak awal 2015. Kebanyakan di antara mereka mencapai Eropa
melalui jalur laut. Menurut data Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR),
total pengungsi yang memasuki Eropa sepanjang 2015 berjumlah 1.000.573 jiwa.
Mereka mendarat di Yunani setelah menempuh laut Mediterania yang berbahaya. 80
Persen di antaranya masuk Eropa melalui pulau Lesbos, Yunani. Sekitar 884.000
pengungsi memulai perjalanan mereka melalui Turki. Sekitar 150.000 di antara
mereka menyeberangi laut Mediterania dari Libya ke Itali. Ini adalah krisis
pengungsi terburuk sejak Perang Dunia II. Ini adalah contoh konkrit kalau
sebuah negara sudah saling gontok-gontokan diantara sesama mereka sendiri.
Terlepas itu salah siapa.
Indonesia sesungguhnya membu tuhkan
seorang pemimpin “bangsa” atau sekelompok pemim pin bangsa yang mampu memba ngun
jembatan bagi tumbuhnya “moulting pot” Indonesia yang kukuh dalam kehidupan
berbangsa dan negara. Bagi tumbuhnya kesadaran bersama terhadap ancaman nyata
bagi kehidupan bangsa.Mempererat rasa sebangsa dan setanah air. Pemimpin yang
bisa diharapkan untuk mampu mengambil peran ketika ancaman proxy war sudah ada
di sekitar kita. proxy war adalah perang tersembunyi didesain untuk menghancurkan suatu negara
atau suatu kepemimpinan negara dengan memanfaatkan kelompok apa saja seperti
teroris, LSM, Ormas, Kelompok Masarakat atau malah tokoh perorangan dengan
memanfaatkan kondisi lokal yang ada.
Kenapa hal seperti ini menjadi
penting kita kemukakan di negara kita? Hal itu kita bisa lihat dengan apa yang
terjadi di Timur Tengah, di Afrika. Apa yang kita lihat di kedua benua itu
adanya berbagai pihak yang melancarkan proxy war-pihak yang mampu mengorganisir
berbagai konfrontasi antar dua atau lebih kekuatan kelompok dengan menggunakan
dan memanfaatkan isu lokal-dan perbedaan apa saja demi terciptanya konflik.
Aktor yang mereka manfaatkan dapat berupa teroris, LSM, media massa, ormas,
tokoh masyarakat, kelompok masyarakat atau malah preman. Perlahan tapi pasti kondisi
itu juga sebenarnya ada di tengah-tengah bangsa kita. Khususnya kalau kita
melihat semangat konflik yang hidup di lingkungan media, buruh, di lingkungan
anak muda-mahasiswa-siswa dan malah dikalangan warga kampung dan antar kampung.
Memperkuat Semangat Kebersamaan
Memperkuat Semangat Kebersamaan
Kalau saja kita melihat sejarah kehidupan bangsa kita sendiri, sebenarnya nenak
moyang kita bahkan kita sendiri sudah kenyang dengan politik adu domba-adu
sirik-mempertentangkan yang satu dengan yang lainnya- mempertentangkan agama
yang satu dengan-agama yang lain- kelompok yang satu dengan kelompok yang
lain-memanfaatkan kelompok ini untuk menghantam kelompok yang itu- Islam di adu
dengan Komunis-komunis dihadapkan dengan militer dan militer menghamba pada kekuaasaan.
Tetapi nampak-nampaknya semuanya itu belum juga cukup-rasa hawatir di adu domba
itu malah sedikitpun kita tidak punya. Malahan kesan yang muncul kita lebih
senang kalau keadaan jadi kacau. Padahal kita sendiri yang merasakan akibatnya.
Hal lain yang tengah bergairah bagi
tumbuhnya lahan bagi arena konflik dan jadi medan empuk bagi tumbuhnya proxy
war adalah makin terbukanya semua yang bangsa kita punya terhadap apapun juga.
Dari segi Geografi misalnya, negara kita memang tepat berada di tengah arus dua
samudara (pasifik-Hindia) dan dua benua ( Asia-Australia). Indonesia sendiri
sudah dapat dijadikan sebagai pasar yang menggairahkan bagi produk produk pihak
mana saja, khususnya pihak asing. Diakui atau tidak kita melihat banyak
rintangan yang ada atau malah kurang diberi fasilitasi, sehingga dapat
menghambat perkembangan SDM dan teknologi Indonesia; bahwa ada semasa dahulu
kita mendengar akan adanya pendidikan yang gratis dan bermutu; akan adanya
pusat-pusat latihan ketrampilan berkualitas; akan adanya program kesehatan yang
akan memberi bantuan saat warga sakit; tapi pada kenyataannya meski sudah
membaik tapi sepertinya masih sangat jauh untuk dijangkau. Kita juga melihat
kini pihak asing tengah giat-giatnya melakukan investasi besar-besaran di negara
kita; peluangkah itu bagi kita atau akan membuka lapangan kerja bagi para
pekerja asing itu sendiri? Kemudian kita makin sadar bahwa telah lahir adanya
kelompok-kelompok teroris yang mulai tumbuh di sekitar kita; masuknya narkoba
dengan budaya ikutannya termasuk budaya konsumtif. Semua itu memperlihatkan
bahwa negara kita memang sudah menjadi medan yang ideal bagi proxy war itu
sendiri.
Fakta Kebersamaan
Mabes TNI menandatangi pakta
pertahanan proxy war media dengan sebelas organisasi dan salah satu media
massa. Penandatanganan dalam rangka
memerangi ancaman proxy war media ini dilakukan di Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops) Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur. Kesebelas organisasi yang ikut
menandatangani pakta pertahanan proxy war media adalah Produksi Film Indonesia,
Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Persatuan Guru Republik Indonesia, Ikatan
Penerbit Indonesia, Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia, Indonesian
Cable Television Association, Komisi Corporation Social Responsibility Nasional,
Asosiasi Baitul Maal wa Tamwil, Buqu Global, NIN Media dan Dewan Masjid.
Dalam pesannya panglima TNI Jenderal
Gatot Nurmantyo mengatakan, ancaman proxy war semakin nyata dan dilakukan
dengan langkah yang soft serta tidak melanggar HAM. Proxy war berperang di
segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara serta tidak terlihat karena
menggunakan segala macam cara dan yang paling efektif adalah menggunakan media.
Untuk menghadapi semua itu, maka perlu ada media yang dapat menyeimbangkan
namun dengan biaya yang murah dan dapat menjangkau semuanya. Inilah yang
dilakukan TNI dengan menjalin kerja sama
dengan masyarakat dan media. “Saya bangga kita semua berbuat yang terbaik dan
berani mengambil sikap yang tulus ikhlas untuk kemajuan bangsa Indonesia,
karena memang TNI tidak bisa melaksanakan tugas pokoknya melindungi Negara
Kesatuan Republik Indonesia sendirian,” ujar Jenderal TNI Gatot Nurmantyo,
Sabtu 27 Februari 2016.
Medan Lain Perlu Perhatian
dan Pembenahan
Fakta pertahanan lain yang kini
perlu dibentuk adalah dilingkungan buruh, lingkungan perguruan tinggi,
lingkungan sekolah dan ditengah-tengah perkampungan. Tetapi sebelum fakta itu
bisa diyakinkan sesungguhny ada beberapa hal yang perlu digarap oleh pihak
terkait untuk bisa mensinergikan kehidupan di antara warga-warga yang kita
sebutkan diatas. Misalnya dalam hal buruh-kita melihat bahwa kehidupan buruh
itu sebenarnya berada dalam bentuk-bentuk kluster kehidupan. Mereka berada dan
hidup disekitar lokasi pabrik atau tempat usaha mereka bekerja. Kita ingin
menyarankan agar di kluster mereka ini ada dibuka berbagai tempat latihan
ketrampilan yang berkaitan atau yang menjadi alternative keahlian yang bisa
mereka dapatkan. Tempat latihan ketrampilan ini diharapkan di organisir oleh
lembaga terkait (Kementerian/Lembaga) atau oleh swasta nirlaba dan CSR
perusahaan itu sendiri. Kemudian di lokasi-lokasi sekitarnya juga dikembangkan
Rumah Sakit atau Puskesmas yang bisa di akses para buruh dan keluarganya; juga
lawanan sekolah yang berkualitas dan gratis.
Begitu juga untuk para mahasiswa dan
siwa-kita melihat ada banyak waktu yang mereka punya tapi tidak bisa
dimanfaatkan dengan baik. Kita ingin menyampaikan kalau misalnya
Kementerian/Lembaga terkait dapat menghadirkan sentra-sentra pelatihan
ketrampilan penunjang bagi kemudahan bagi para mahasiswa dan siswa itu di
sekolahnya. Jadi perangkat latihan itu dihadirkan di lingkungan kampus atau
sekaolah mereka secara sinergi antara Kementerian/Lembaga dan pihak
universitas/sekolah mereka. Misalnya pelatihan software yang memang diperlukan
dalam kegiatan kuliah dan belajar mereka. Misalnya untuk kalangan mahasiwa di
Kampus-kampus mereka mestinya ada pusat-pusat latihan software yang jadi bagian
dari pembelajaran atau mata kuliah atau mata pelajaran mereka. Kegiatan ini bisa
jadi kegiatan ekstra kulikuler; dan hal hal seperti ini dapat juga dipadukan
dengan kehidupan kepramukaan; resimen mahasiswa; dan berbagai ketrampilan lain
yang memang mereka akan tertarik.
Negara kita memerlukan pusat-pusat
pelatihan ketrampilan yang baik dan menarik. Pusat-pusat pelatihan yang
berkualitas yang bisa meningkatkan keahlian atau ketrampilan anak-anak muda
kita di seluruh strata. Terumata di lingkungan buruh, mahasiswa, siswa bahkan
bagi warga biasa. Karena kita percaya, kalau mereka mempunyai ketrampilan aka
nada saja nilai tambah yang bisa mereka hasilkan. Hal itulah sesungguhnya yang
kita perlukan. Nilai tambah bagi kehidupan warga kita agar bisa lebih trampil
dan tidak kalah bersaing dengan bangsa lain. Pusat pusat pelatihan yang membuat
mereka tumbuh jadi SDM yang lebih berkualitas, bukan sebaliknya yang jadi
terlibat dalam kegiatan tawuran dan semacamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar