Rabu, 27 Januari 2010

Pertahanan Negara dan Diplomasi

Oleh Harmen Batubara
Pertahanan suatu Negara, secara tidak langsung akan mengundang rasa respek dari negara lain, terlebih lagi kalau Negara itu dapat sepenuhnya mengontrol negaranya dengan cara-cara demokratis dan terhormat. Karena itu Lemahnya kondisi alat utama sistem senjata atau alutsista suatu Negara akan dengan sendirinya ikut mewarnai kemampuan Negara itu bergaul di tataran internasional. Bagaimanapun kemampuan suatu pertahanan tidak saja membuat kurangnya kemampuan pertahanan Negara itu, tetapi hal itu berikutnya juga melemahkan kemampuan diplomasi Negara tersebut di tataran Internasional. Sangat sulit rasanya untuk menghargai diplomat suatu Negara, bila di Negara sang diplomat itu ternyata adalah gudangnya narkoba, pelanggar Ham, dan tidak punya alut sista yang memadai.


Hal itu terungkap dari buku Tragedi dan Strategi Pertahanan Nasional karya Yusron Ihza, mantan Wakil Ketua Komisi I DPR, Dalam pengantarnya, Yusron menyebutkan bahwa kalau mau, sebenarnya ada banyak alutsista yang sudah bisa dibuat atau dirawat oleh industri dalam negeri. Namun, kenyataannya hal ini masih sulit dilakukan. Melalui wawancara dengan pimpinan PT PAL, juga PT DI, ia diyakinkan bahwa industri dalam negeri dapat menyediakan kapal patroli, bahkan korvet, juga pesawat patroli maritim, untuk TNI AL. Kapal selam pun bisa dirawat sendiri di dalam negeri. Kenapa suatu Negara tidak mampu memberikan jaminan, pada perusahaan nasionalnya untuk memproduksi system persenjataan yang memang di butuhkannya. Jawabnya adalah pada “kemiskinan” Negara itu sendiri. Karena Negara itu memang tidak punya uang. Ibarat suatu rumah tangga, gimana mau beli sepeda motor, untuk makan saja, minjam ke tetangga.

Sementara menyangkut kaitan antara pertahanan dan diplomasi, Yusron yang pernah memimpin delegasi Komisi I DPR ke Malaysia dalam upaya meredakan ketegangan di Ambalat menyebutkan, seandainya pertahanan Indonesia kuat, tidak diragukan lagi kemampuan untuk berdiplomasi itu sendiri akan ikut jadi mantap, dia percaya diplomasi Indonesia akan dengan sendirinya lebih mantap kalau alutsista negeri kita kuat, tetapi sebaliknya kalau Negara lain tahu system pertahanan kita tidak ada apa-apanya, maka sulit mengharapkan orang lain akan lebih menghargai.

Dalam bukunya, untuk ke depan, Yusron berharap Indonesia bisa merumuskan cetak biru pertahanan agar dapat dibangun postur pertahanan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Sebenarnya kalau Yusron melihat konsep minimum essensial Force (MEF) sebenarnya adalah jawaban konkrit dari Departemen Pertahanan ( sekarang Kementerian Pertahanan) akan wujud suatu cetak biru alut sista. Daftar suatu alut sista yang harus tetap dijaga, dan ditambah demi tercapainya suatu standar pertahanan minimal.

Tidak ada komentar: