Peluncuran
kapal induk pertama milik China dipandang lebih bermakna simbolis daripada
praktis kemiliteran. Pelayaran perdana kapal itu akan meningkatkan prestise
China di mata dunia, menambah kebanggaan nasional, dan menjadi gertakan bagi
negara-negara di kawasan.

Kantor
berita Xinhua menyatakan, kapal itu berangkat dari dermaga Dalian Rabu pagi.
Kapal bergerak perlahan menembus kabut sambil membunyikan peluit kapal tiga
kali.
Menurut
Andrei Chang, editor majalah Kanwa Asian Defense, uji pelayaran perdana ini
biasanya dilakukan untuk menguji fungsi-fungsi dasar kapal, seperti apakah
mesinnya berfungsi dengan baik atau tidak. Uji coba ini bisa berlangsung
terus-menerus sampai satu sampai dua tahun ke depan.
”(Pelayaran
perdana) ini lebih sekadar untuk pamer. Jalan yang harus mereka tempuh masih
jauh (sampai kapal benar-benar operasional),” tutur Chang.
Simbolis
Ni
Lexiong, pakar kebijakan maritim China dari Shanghai University of Political
Science and Law, mengatakan, pelayaran perdana ini lebih bermakna simbolis.
”Signifikansi
simbolisnya mengalahkan signifikansi praktis. Kami sekarang sudah menjadi
kekuatan maritim. Jadi kami butuh kekuatan yang sesuai, apakah itu armada kapal
induk atau kapal perang, sama seperti Amerika Serikat atau imperium Inggris
dulu,” tutur Ni.
Warga
China mengaku bangga dengan peluncuran kapal induk itu dan merasa sudah saatnya
dunia melihat China dengan cara berbeda. ”Kapal induk adalah simbol negara
besar. China telah tumbuh secara dramatis. Seluruh dunia harus memiliki cara
pandang baru terhadap China,” tutur Pan Chunli (29), warga Beijing.
Makna
simbolis ini juga berarti mengirim pesan kewaspadaan kepada negara-negara tetangga China di Asia Timur dan Asia Tenggara. Meski China berulang kali
mengatakan pembangunan militernya tidak untuk menyerang negara lain, sikapnya
yang makin agresif akhir-akhir ini tidak membuat negara-negara tetangga percaya
semudah itu.
Pekan
lalu Jepang mengeluarkan Buku Putih Pertahanan yang mempertanyakan pertumbuhan
militer China dan sikapnya yang makin agresif. China juga terlibat dalam
ketegangan dengan Vietnam dan Filipina sehubungan klaim mereka atas Kepulauan
Spratly di Laut China Selatan.
”Paling
jauh, (kapal induk) itu akan menimbulkan gelombang di Laut China Selatan untuk
mengintimidasi negara-negara yang angkatan lautnya lemah, seperti Vietnam,
Indonesia, dan Filipina,” tutur Jonathan Holslag dari Brussels Institute of
Contemporary China Studies.
(Kompas/Reuters/AFP/AP/DHF/11/8/2011)