Oleh harmen batubara
Sebanyak 236 perwira
siswa (pasis) peserta Pendidikan Reguler (Dikreg) LIV Seskoad TA 2016 mengikuti
Seminar Nasional Studi Wilayah Pertahanan di Gedung Merdeka Jalan Asia Afrika,
Kota Bandung, Kamis 22 September 2016. Seminar tersebut mengusung tema
“Membangun Sinergi TNI AD dengan Pemerintah Guna Mengakselerasi Pembangunan
Daerah dalam Rangka Memperkuat Ketahanan Nasional”. Selain pasis Dikreg,
seminar tersebut dihadiri perwakilan dari sejumlah perguruan tinggi, serta tamu
undangan. Beberapa pembicara yang menyampaikan materi di antaranya, Direktur
Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Uke Muhammad Husen, Direktur Organisasi
Kemasyarakatan Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri La Ode Ahmad,
serta perwakilan Pasis Dikreg Wisnu Joko Saputro.
Ada kebutuhan untuk saling
memperkuat peran antara Pemda dan TNI guna lebih mengoptimalkan peningkatan
kesejahteraan Rakyat. Disadari para
pihak bahwa “Terwujudnya sinergitas antara TNI AD dan pemerintah perlu
diwujudkan. Mengingat keberadaan satuan
TNI AD yang berada di seluruh wilayah Indonesia, serta pemerintah yang
melaksanakan program pembangunan di wilayah yang sama, perlu pengoptimalan
pencapaian hasil, yang merata, dan khususnya dapat menyentuh langsung terhadap
kesulitan masyarakat,” ujar Asisten Territorial Kasad, Mayor Jenderal TNI
Komaruddin, dalam sambutan yang dibacakan Komandan Seskoad, Mayor Jenderal TNI
Pratimun. Lebih lanjut Komaruddin menuturkan, keselarasan ini perlu dibangun,
sebagai bentuk upaya menyikapi perkembangan lingkungan strategis, baik di lingkup
international, regional maupun nasional. Perkembangan yang dinamis itu
berpotensi menimbulkan berbagai ancaman militer dan nirmiliter. Maka diperlukan
keterpaduan pertahanan yang baik.
Sinergitas Pemda-TNI dan Sikap Teritorial
Selama ini TNI selalu
berupaya menyatu dengan berbagai dinamika kehidupan warga di mana para prajurit
TNI itu berada. Ada semacam upaya sungguh-sungguh agar kedekatan dengan rakyat
itu tetap terjaga dengan baik. Hanya saja
adanya pembagian tugas yang jelas antara pertahanan dan keamanan,
membuat pola pendekatannya disesuaikan dengan dinamika yang ada. TNI tetap
bersama rakyat tetapi tidak lagi ikut “mengatur” dalam hal Kamtibmas (hal yang
jadi ranah Kepolisian),melainkan bagaimana bisa bersinergi dalam hal saling
tolong menolong dan bahu membahu agar
kehidupan warga di wilayah bersama bisa lebih baik dan sejahtera. Semua
even-even yang memungkinkan adanya kerja sama seperti dalam memperingat hari
hari keramat, hari hari kemerdekaan, hari hari keagamaan dll akan selalu
dimanfaatkan demi terjadinya interaksi dalam kehidupan bersama. Pada masa lalu
hal seperti ini disebut juga dengan Sikap Teritorial.
TNI Angkatan 1945 sangat
konsern dan memberikan perhatian besar kepada Sikap Territorial. Hal itu
terlihat dalam isi Sapta Marga. Sikap Territorial
dianggap penting dan menjadi salah satu hasil Perang Kemerdekaan, serta menguat
setelah berbagai pengalaman TNI setelah 1950 serta memperhatikan pengalaman
bangsa lain.Sikap Territorial adalah sikap yang berupa kedekatan tentara dengan
Rakyat dan Masyarakat, terutama di daerah tentara itu berada. Kedekatan itu
mengandung makna kedekatan fisik dan psikis serta berusaha memahami pikiran dan
perasaan Rakyat.Seperti berbicara dengan Rakyat dalam bahasa daerahnya amat
mendekatkan tentara kepada Rakyat. Lebih-lebih lagi sikap perbuatan yang
mendekatkan kepada Rakyat. Dengan memahami dan menunjukkan perhatian kepada
Rakyat, maka Rakyat pun merasa dekat dengan tentara dan cenderung mendukung apa
yang dilakukan dan diperjuangkannya.
Menurut Sayidiman[1],
pengalaman membuktikan bahwa hasil Sikap Territorial yang baik tidak kalah
artinya bagi pencapaian tugas tentara dibandingkan dengan senjata serta
peralatan yang dimiliki tentara. Bahkan kalau menghadapi kekuatan militer asing
yang menyerang bangsa kita dan mempunyai keunggulan alutsista, Sikap
Territorial dapat menetralisasi keunggulan musuh itu. Hal itu terbukti jelas
dalam perjuangan kita melawan Belanda dalam Perang Kemerdekaan,juga dalam perlawanan
bangsa Vietnam terhadap tentara AS dan belakangan ini dalam perlawanan orang
Irak dan Afganistan terhadap AS dan sekutunya. Terbukti bahwa perlawanan
non-fisik terhadap pihak yang memaksakan kehendaknya dengan kekerasan fisik dan
senjata dapat berhasil efektif, sehingga pemaksaan kehendak dapat dipatahkan.
Sekarang ada kebutuhan
nyata untuk meningkatkan peran serta TNI secara informal dalam berbagai program
yang di gelar oleh Pemda sejauh itu diperbolehkan UU demi mengoptimalkan
manfaatnya bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal itu sebenarnya sudah
berjalan dan sebagian besar telah memberikan kontribusi nyata. Khususnya dalam
hal penanggulangan bencana alam, dalam hal TNI membangun Desa, dalam hal TNI
membangun Infrastruktur, dalam hal operasi Bhakti TNI dll.
[1]
http://opinikompas.blogspot.co.id/2013/09/sikap-teritorial-tni.html
Tulisan ini dikopi dari www.wilayahpertahanan.com atas seizin pemilik blog nya