BumDes & BumNas Sinergis Rakyat Pasti Sejahtera
Oleh Harmen Batubara
Selama
ini drama susahnya para petani takkala PANEN RAYA adalah Bulog yang tidak mampu
menyerap panen gabah mereka. Seperti kejadian di tahun 2017. Perum Bulog
menetapkan target penyerapan beras dan gabah tahun 2017 mencapai 3,7 juta ton[1].
Target penyerapan tahun ini lebih rendah dari target penyerapan tahun 2016 yang
mencapai 3,9 juta ton. Pasalnya realisasi penyerapan gabah dan beras Bulog
sepanjang tahun 2016 hanya 2,97 juta ton. Hal itu disebabkan harga beras di
tingkat petani yang sudah meningkat di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
sehingga Bulog tidak perlu melakukan penyerapan kecuali untuk kebutuhan stok
saja. Direktur Pengadaan Perum Bulog Tri
Wahyudi Saleh mengatakan, dari target penyerapan tahun ini sebesar 3,7 juta
ton, Bulog menargetkan penyerapan beras public service obligation (PSO) sebesar
3,2 juta ton beras komersil 500 ton. Ia bilang, target penyerapan beras dan
gabah Bulog tahun ini dibuat berdasarkan realisasi penyerapan tahun 2016 yang
jauh dari target. Kendati demikian, penyerapan tahun 2016 jauh di atas
realisasi penyerapan tahun 2015 sebesar 2,4 juta ton.
"Kami
optimistis target penyerapan ini dapat tercapai kalau kondisi cauaca bagus dan
normal," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (19/1/2018). Ia menjelaskan kendala utama yang dialami
Bulog untuk mencapai target penyerapan tahun lalu adalah harga beras di
lapangan sudah tinggi atau di atas HPP yakni Rp 7.300 per kilogram (kg). Bila
Bulog memaksakan terus menyerap, maka akan terjadi lonjakan harga dan hal ini
berpotensi membuat inflasi lebih tinggi.
Namun kalau melihat laporan Kementerian Pertanian (Kemtan) tahun lalu
yang produksi mencapai 79 juta ton gabah kering giling (GKG), maka target
penyerapan tahun ini dapat tercapai.
Sejumlah upaya juga dilakukan Bulog untuk mencapai target tersebut,
yakni dengan : Pertama, optimalisasi
program ON FARM Perum Bulog melalui kerja sama dengan Gabungan kelompok tani
(gapoktan) maupun sinergi dengan BUMN lain seperti PT Pertani Persero yang
memiliki mesin giling padi dan pengering serta gudang; Kedua, Bulog mengoptimalkan penyerapan gabah dan beras dengan
rentang kualitas dan harga tertenttu yang memungkinkan Bulog bisa mencapai
jumlah serapan yang lebih besar dengan memperkuat unit-unit pengolahan di
daerah; Ketiga, Bulog juga melakukan
pengembangan infrastruktur ; Keempat,
meningkatkan pasar beras selain PSO antara lain dengan pengembangan jaringan
rumah pangan kita (RPK), lumbung pangan desa atau BUMdes yang digagas
Kementerian Desa.
Baca Juga : Melanjutkan Reformasi TNI
Selain
itu, Bulog juga akan mempersiapkan stok
pangan untuk program rakyat miskin (raskin) dimana pada tahun ini di bagi
dua. Pertama lewat program raskin dan kedua lewat penggunaan evo-cer atau
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dimana setiap masyakat memiliki uang non tunai
sebesar Rp 110.000 per bulan untuk pembelian beras. Meskipun program ini ada,
namun Tri menilai tidak berdampak signifikan pada penyerapan Bulog karena
volume beras yang disiapkan sama dengan tahun lalu yakni 15,7 juta ton. Khusus
untuk raskin sebesar 14,2 juta ton dan untuk pasar e vocer sebesar 1,6 juta
ton.
BumNas Masih Sibuk Dengan
Dirinya Sendiri
Dalam
penglihatan kita, secara konsep peran Bulog sudah sesuai dengan Visi dan Misi
nya tetapi dalam pelaksanaannya, terlihat ketidak siapan mereka dalam melihat
Dinamika pasar. Begitu sesuatu terjadi perubahan maka terkesan mereka “
memintak petunjuk lagi” ke Pusat. Hal seperti ini tidak jauh bedanya dengan
cara penaggulangan Bencana pada era sebelum pemerintahan Jokowi-JK. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Williem Rampangilei[2]
menceritakan tentang ketidakpuasan Presiden Jokowi dalam penanggulangan bencana
di Indonesia. "Berawal dari gempa Pidie Aceh pada Desember 2016, Presiden
tidak puas dengan cara kerja di lapangan dalam penangangan bencana dan minta
percepatan," ujar Williem di depan 3.200 peserta Rapat Kerja Nasional
BNPB-BPBD 2017 di Yogyakarta, Kamis (23/2/2017). Dengan ketidakpuasan ini, cara
kerja penanggulangan bencana pun diubah. Semula ketika terjadi bencana,
penilaian dan verifikasi infrastruktur untuk rekonstruksi dilakukan pasca tahap
tanggap bencana. Sebab, pada tanggap bencana biasanya fokus pada penyelamatan
manusia. Tapi, karena Presiden tidak puas, tahap itu pun dilakukan bersamaan
dengan verifikasi infrastruktur yang rusak untuk tahap rekonstruksi.
"Jadi
ketika satu hari verifikasi menemukan 15 bangunan rusak, langsung keesokan
harinya bantuan ditransfer dari pemerintah ke warga bersangkutan, tidak perlu
melewati tahap birokrasi yang berlapis-lapis dan memakan waktu
berbulan-bulan," ucap dia. BNPB, kata Williem, juga menurunkan tim untuk
menganalisis, sehingga ketika tanggap darurat selesai, rekonstruksi dan
rehabilitasi pun juga bisa selesai lebih cepat.Karena itu, dia mengatakan,
personel BPBD harus berkualitas dan bersertifikasi. Bulog juga harus belajar
dari cara kerja BNPB.,sehingga setiap tahun tidak terkesan selalu kedodoran
serta membuat masyarakat bingung dengan stabilitas harga.
Hal
yang sama juga bisa kita temukan pada komoditi lain, misalnya pada harga-harga
Bawang merah atau bawang putih. Yang terjadi di pasaran sebenarnya sangat
jelas, kalau pasokan berkurang maka harga akan mengalami kenaikan. Proses itu
sebenarnya terjadi tidak dalam waktu seketika. Artinya kalau memang kementerian
Perdagangan atau Kementerian Pertanian bekerja dengan baik, mereka juga sudah
pasti tahu bakal apa yang akan terjadi pada komoditas tertentu. Sehingga dengan
mekanisme serta kerja sama lewat jaringan mereka, pastilah dapat berbuat
sesuatu sehingga kenaikan harga-harga tidak menjadi gaduh di saantero negeri.
Mari kita lihat contoh berikut ini.
Baca Pula : Persiapan Masuk Prajurit TNI
Pasokan
Kurang Harga Bawang Merah[3]
Naik Rp 2.000/Kg. Sejak awal Februari 2018, harga bawang merah di Kabupaten
Brebes, Jawa Tengah, mulai mengalami kenaikan. Kenaikan ini dipicu jumlah
menurunnya produksi bawang pada Februari. Pantauan di pasar Induk Brebes pada
Senin (5/2/2018) siang, kenaikan harga bawang rata rata sebesar Rp 2.000 per
kg. Ini berlaku pada semua jenis bawang kecuali bawang ukuran paling kecil.
Tati (40), salah satu pedagang eceran bawang di Pasar Induk Brebes menjelaskan,
kenaikan harga ini sudah berlangsung sejak 3 hari lalu. "Kalau dirata-rata
kenaikannya Rp.2.000 untuk semua jenis, kecuali yang paling kecil. Bawang kelas
pabrikan ini masih rendah seperti kemarin kemarin," ujar Tati saat ditemui
di kompleks Pasar Induk Brebes. Ditempat terpisah, Ketua Asosiasi Bawang Merah
Indonesia (ABMI) Juwari mengatakan, harga bawang merah di petani saat ini
memang sudah sedikit mengalami kenaikan. Yakni, kualitas super dari semula Rp
6.000 per kg untuk kualitas super naik menjadi Rp 8.000 tiap kg. Meski
mengalami kenaikan namun belum bisa memberikan keuntungan bagi petani. Sebab,
harga minimal bawang merah agar petani mendapatkan untung adalah di kisaran
Rp.13.000 - Rp.15.000 tiap kg.
Kenaikan
itu terjadi menurut Juwari, karena stok di petani mulai berkurang. Akan tetapi,
ketika panen kembali terjadi di daerah, maka diperkirakan harga akan kembali
anjlok. Kabid perdagangan Dinas Koperasi
UMKM dan Perdagangan Kabupaten Brebes, Ahmad Ma'mun mengungkapkan, kenaikkan
ini akibat produksi bawang yang mengalami penurunan hingga lebih dari 50
persen. Dikatakan, pada bulan Januari lalu, jumlah produksi bawang merah di
Brebes mencapai 86 ribu ton dan pada bukan Februari turun menjadi 32 ribu
ton."Kemarin sudah mulai membaik harganya. Kenaikkan rata rata Rp 1.000
sampai Rp 3.000 per kg. Ini di semua pasar pasar yang ada di Brebes. Tidak
hanya di pasar Induk saja tapi kenaikan di semua pasar," terang Ahmad
Ma'mun saat melakukan pengecekan harga di Pasar Induk. Kenaikan ini diprediksi
akan terus berlangsung, sepanjang produk bawang dari luar baik dari luar negeri
maupun luar kota, tidak merambah ke pasaran Brebes.
Contoh
lainnya terkait komoditi bawang putih Menjelang
bulan Ramadan, harga bawang putih mengalami kenaikan cukup di sejumlah pasar.
Kenaikan harga sendiri sudah berlangsung selama kurang lebih 2 pekan terakhir[4].
Harga komoditas bumbu dapur naik dari di kisaran Rp 60.000/kg, dari sebelumnya
kisaran Rp 40.000/kg.Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian
(Kementan), Prihasto Setyanto, mengungkapkan kenaikan harga bawang putih
tersebut dipicu kenaikan harga bawang putih di China. Sebagai informasi,
sebanyak sekitar 95% kebutuhan bawang putih bergantung impor, terbanyak dari
China."Setelah kita lakukan kajian, informasi dari importir, kenaikan
bawang putih terjadi karena kelangkaan bawang putih di China. Biasanya sudah
panen, tapi karena cuaca baru panen di sekitar akhir Mei dan Juni," jelas
Prihasto kepada detikFinance, Minggu (7/5/2017).
Diungkapkannya,
bawang putih yang beredar di pasaran saat ini merupakan stok lama. Harga akan
kembali normal setelah pasokan bawang putih kembali pulih. "Bawang putih
yang ada saat ini itu yang dikeluarkan dari stok lama. Karena memang di China
belum panen," ungkap Prihasto. Lanjut dia, sebenarnya ada pasokan bawang
putih impor lain yang cukup besar selain dari China, yakni yang berasal dari
India. Namun rupanya bawang putih India kurang laku di pasaran."Sebenarnya
ada cukup banyak stok bawang putih dari India, saat bersamaan bawang putih dari
China berkurang. Tapi di pasar kurang laku," ujar Prihasto.
Dari
contoh kedua komiditi tersebut, maka terlihat dengan sangat jelas bagaimana
sebenarnya mekanisme harga-harga itu bergerak naik, dan kalau mereka yang
mempunyai tugas untuk menstabilkan harga-harga itu bekerja dengan baik, maka
jauh sebelum keadaan itu tiba mereka sudah bisa berbuat sesuatu. Dengan
demikian berbagai kabar kenaikan harga-harga komditi itu tidak jadi berita yang
nggak sedap didengar di setiap waktu. Kita hanya ingin mengatakan bahwa mereka
yang diberi amanah untuk menjaga harga-harga komoditi itu, ya belum bekerja sebagaimana
mestinya serta masih sangat jauh dari yang diharapkan.
Dalam
khasanah teori Bulog sendiri sebenarnya mempunyai strategi dan kemitraan dengan
para pihak guna membantu para Petani perdesaan. Bulog mempunyai sejumlah upaya yang
dilakukan Bulog untuk mencapai target
tersebut dalam hal pembelian panen raya warga, yakni dengan : Pertama,
optimalisasi program ON FARM Perum Bulog melalui kerja sama dengan Gabungan
kelompok Tani (gapoktan) maupun sinergi dengan BUMN lain seperti PT Pertani
Persero yang memiliki mesin giling padi dan pengering serta gudang; Kedua,
Bulog mengoptimalkan penyerapan gabah dan beras dengan rentang kualitas dan
harga tertentu yang memungkinkan Bulog bisa mencapai jumlah serapan yang lebih
besar dengan memperkuat unit-unit pengolahan di daerah; Ketiga, Bulog juga
melakukan pengembangan infrastruktur ; Keempat, meningkatkan pasar beras selain
PSO antara lain dengan pengembangan jaringan rumah pangan kita (RPK), lumbung
pangan desa atau BUMdes yang digagas Kementerian Desa. Tetapi dalam realitanya,
semua itu sepertinya belum memperlihatkan kinerja yang semesatinya. Bulog belum
menyatu dengan harapan serta upaya para petani dalam menghadirkan kesejahteraan
di Pedesaan.
Karena
itulah kita sangat berharap agar BUMDES dan BUMN bisa bersinergi untuk
menjadikan Rakyat sejahtera di Desa mereka. BUMDes merupakan sebuah usaha desa
milik kolektif yang digerakkan oleh aksi bersama antara pemerintah desa dan
masyarakat. BUMDes merupakan bentuk public and community partnership atau
kemitraan antara pemerintah desa sebagai sektor publik dengan masyarakat
setempat. BumDes adalah jelmaan budaya bisnis warga perdesaan dalam semangat
Gotong Royong. Kalau kita melihat BumDes jawara Indonesia tahun 2016, maka
sadarlah kita betapa Model pembangunan Desa lewat BumDes ini bisa menghadirkan
kesedejahteraan di Desa. Salah satu hal yang ditunggu-tunggu adalah bagaimana
pola kerjasama Sinergis antara BUMN, Kementerian/Lembaga (K/L), Koperasi dan
Swasta yang dapat membesarkan BumDes dan ikut membantu menjadikan Rakyat
Sejahtera di Perdesaan. Nah Buku ini, mencoba meperlihatkan potensi itu dengan
pandangan mata yang jernih dan optimis. ( Cuplikan Buku : BumDes & BumNas
Sinergis Rakyat Sejahtera)
[1] http://www.bulog.co.id/berita/37/6004/10/1/2017/Target-Bulog-Penyerapan-Beras-&-Gabah-3,7-Juta-Ton.html
[2] http://www.liputan6.com/news/read/2866488/presiden-tidak-puas-bnpb-ubah-cara-kerja-penanggulangan-bencana
[3] https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3850758/pasokan-kurang-harga-bawang-merah-naik-rp-2000kg
[4] https://finance.detik.com/sosok/d-3494309/penyebab-harga-bawang-putih-naik-pasokan-dari-china-berkurang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar