Macron Dukung Proyek
Xi Jalur Sutra modern,
yang dirintis China, tak boleh hanya satu arah. Ini syarat yang diminta
Emmanuel Macron. Hubungan Perancis-China harus dibangun dengan kemitraan
seimbang.
Presiden
Perancis Emmanuel Macron mendesak negara-negara Uni Eropa untuk ikut ambil
bagian dalam proyek raksasa Jalan Sabuk. Perancis siap menjadi pelopor.Mengawali
kunjungan kenegaraan selama tiga hari di China, Senin (8/1), di kota Xian,
Provinsi Shaanxi, Macron menyampaikan dukungannya terhadap proyek Jalur Sutra
baru yang diluncurkan pemerintahan Xi Jinping pada 2013. Kota Xian adalah titik
awal Jalur Sutra kuno.
REUTERS/CHINA DAILY Presiden Perancis
Emmanuel Macron, Senin (8/1), melihat prajurit terakota di Museum Prajurit dan
Kuda Terakota Qin di Xian, Provinsi Shaanxi, China. Di museum itu tersimpan
lebih dari 8.000 patung terakota berbentuk prajurit dan kuda dengan ukuran
normal.
Proyek raksasa Jalan
Sabuk, menurut Macron, mewakili peluang nyata antara negara-negara dan
peradaban sebagaimana Jalur Sutra di masa lalu. ”Saya kira sangat penting bahwa
Eropa dan China memperkuat kerja sama dengan prakarsa itu. Dalam hal ini
Perancis siap memainkan peran utama,” kata Macron saat berbicara di depan
kalangan akademik, mahasiswa, dan pengusaha di Istana Daming, Xian.
Macron berpendapat,
Eropa saat ini sudah bersatu dan siap bekerja sama dengan China setelah selama
bertahun-tahun terjadi krisis manajemen dan stagnasi ekonomi.
Jalan Sabuk merupakan
proyek ambisius yang akan menghubungkan 65 negara Asia dan Eropa, bahkan
Afrika, lewat jalur darat dan laut. Pemerintah China menganggarkan hingga 1
triliun dollar AS untuk mewujudkan proyek ini.
Akses lebih luas
Meski demikian,
menurut Macron, proyek modern itu tidak boleh hanya ”satu arah”. ”Jalan Sutra
dulu juga tidak pernah hanya dilakukan bangsa China. Menurut definisi, proyek
jalan ini hanya bisa dibagi bersama. Jika berupa jalan, mereka tidak bisa satu
arah,” katanya.
Perancis mendukung
proyek itu dalam kerangka kemitraan seimbang, lanjut Macron. Presiden China Xi
Jinping, pada pertemuan puncak, Mei lalu, menjanjikan akan mengeluarkan 124
miliar dollar AS. Namun, sejumlah negara Barat meragukan rencana pemimpin China
tersebut dan menganggap hal itu lebih untuk menyebarkan pengaruh China daripada
berbagi kemakmuran.
Macron berharap segera
tercipta hubungan baru antara Perancis dan China. Saat ini neraca perdagangan
Perancis terhadap China mengalami defisit 36 miliar dollar AS. Ia ingin
Perancis bisa mendapat akses perdagangan lebih luas di China.
Kedua pemimpin akan
mengumumkan rencana investasi senilai satu miliar dollar AS. Dari Xian, menurut
rencana, Selasa ini, Macron dan istrinya, Brigitte, akan bertolak ke Beijing.
Kesepakatan iklim
Macron berkunjung ke
China bersama 60 petinggi bisnis dan perwakilan negaranya. Ia menegaskan arti
penting China bagi Perancis. Dia berharap bisa datang ke China setiap tahun.
Selain masalah
perdagangan, Macron menyinggung pula masalah lingkungan dan perubahan ikim yang
kini menjadi masalah global. Secara khusus dia menyampaikan apresiasi atas
komitmen China dalam Kesepakatan Paris.
”Anda memperlihatkan
rasa tanggung jawab yang besar,” ucap Macron. Lewat kerja sama, tambahnya,
”Kita bisa memperlihatkan kepada dunia bahwa Perancis dan China mampu membuat
planet kita kembali hebat dan indah.”
Kalangan aktivis hak
asasi manusia, seperti Human Rights Watch, mendesak Macron agar menggunakan
kesempatan pertemuan dengan Xi Jinping untuk membicarakan masalah pelanggaran
hak asasi manusia di China. Mereka mendesak agar isu sensitif ini dibicarakan
terbuka.
Namun, kantor
Kepresidenan Perancis mengatakan, pesan itu kemungkinan akan disampaikan.
Namun, masalah itu akan dibicarakan secara privat.
Pemimpin China dikenal
dengan sikapnya yang tertutup soal hak asasi. Xi juga jarang menggelar jumpa
pers.(AFP/AP/REUTERS/RET) Sumber :
Kompas.id, 9 januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar