Kamis, 01 April 2010

Konflik Masa Datang, Dalam Persfektip Kekuatan Militer

Perubahan geopolitik dunia saat ini dan masa mendatang ditentukan oleh penguasaan terhadap pangan, energi, dan air bersih. Sumber konflik pada masa mendatang bukan lagi soal agama, wilayah, dan keamanan, melainkan penguasaan pangan, energi, dan air bersih. Hal itu pernah disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka seminar internasional ”Indonesia Menuju 2025: Tantangan Geopolitik dan Keamanan dengan Fokus Sumber Daya Alam, Ekonomi, dan Energi” di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/3). Seminar digelar dalam rangka peringatan satu tahun Universitas Pertahanan Indonesia. Acara ini dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro beserta para menteri lainnya.

”Menghadapi tantangan global masa kini dan masa datang, menurut presiden, diperlukan kesadaran baru dan tanggung jawab bersama dari semua bangsa di dunia, dari seluruh umat manusia, termasuk kesediaan untuk membangun gaya hidup yang pro-keselamatan bumi, proplanet.” Untuk itu mutlak adanya kemampuan penguasaan dan penggunaan teknologi yang mampu mengatasi berbagai masalah global. Masalah global yang terkait, ketahanan pangan, energi, dan air serta ancaman yang tidak tradisional. Di sini dibutuhkan inovasi dari seluruh masyarakat dunia. Kemudian juga, diperlukan kerja sama dan kemitraan global yang lebih efektif, termasuk diperlukannya semacam koordinasi kebijakan dan collective actions (aksi-aksi bersama) yang dijalankan bersama.”

Terkait dengan sumber-sumber konflik di masa mendatang yang harus dicarikan jalan keluarnya untuk menghindari perbenturan-perbenturan, Presiden Yudhoyono menyatakan, setiap negara di dunia harus mencari solusinya secara damai. ”Jangan terlalu cepat dan terlalu mudah menggunakan kekuatan militer.” Kalau itu terjadi, umat manusia akan kalah dua kali. ”Sudah kesulitan dalam mendapatkan sumber-sumber energi, pangan, dan air, ditambah dengan tragedi peperangan yang biasanya menimbulkan kesengsaraan dan kesulitan bagi umat manusia.”

Pakar pertahanan

Pada saat yang sama, Purnomo Yusgiantoro (Menhan) mengatakan, seminar internasional itu digunakan untuk mempersiapkan generasi pemimpin dan pakar pertahanan yang modern dalam menghadapi tantangan masa depan. Universitas Pertahanan Indonesia diprakarsai oleh mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono dan Panglima TNI, dan dikomandoi Dirjen Strahan Dephan, Mayjen Syarifudin Tippe. Peresmiannya dilakukan 11 Maret 2009 oleh Presiden Yudhoyono.

Menurut Purnomo, seminar yang berlangsung selama dua hari ini diharapkan mampu mencari jawaban tentang yang seharusnya dan bisa dilakukan Indonesia. Isu seperti itu adalah isu strategis yang diharapkan jawabannya bisa dihasilkan dari seminar itu. ”Sekarang pertanyaannya, kan, bagaimana caranya agar semua keterbatasan yang terjadi di masa mendatang itu tidak akan menjadi konflik yang kemudian berpengaruh pada masalah-masalah keamanan.” ( Sumber: Kompas/dwa/har/MI/18/3/2010)

Tidak ada komentar: