Ancaman Anggaran Pertahanan Tiongkok
Oleh Darma Agung
Perbandingan anggaran pertahanan
Tiongkok dengan negara lainnya dilihat dari berbagai aspek menunjukkan bahwa
anggaran pertahanan Tiongkok memang cukup besar. Meskipun hal tersebut
merupakan konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan penguatan sektor
anggaran pertahanan merupakan kebijakan Tiongkok terkait stabilitas kawasan dan
integritas teritorial. Akan tetapi, pengaruhnya terhadap negara lain merupakan
ancaman tersendiri terhadap stabilitas kawasan. Menilik data Stockholm
International Peace Research Institute (SIPRI), anggaran pertahanan Tiongkok
mengalami peningkatan secara signifikan yang pertumbuhannya melesat sejak 2005
hingga sekarang. Peningkatan tersebut telah melampaui anggaran pertahanan
Jepang yang selama ini mendominasi anggaran pertahanan terbesar di kawasan
sejak pasca-Perang Dingin (1989).
Kesenjangan antara anggaran pertahanan
Tiongkok dengan negara lain di kawasan terlihat sangat lebar. Bahkan, sejak
2011, baik secara nominal maupun konstan, anggaran pertahanan Tiongkok
merupakan anggaran terbesar jika dibandingkan dengan total gabungan anggaran
pertahanan Jepang, Korea Selatan, India, dan Vietnam, negara-negara yang selama
ini menjadi rival tradisional Tiongkok. Namun, secara rasio persentase terhadap
PDB, anggaran belanja pemerintah, dan per kapita, anggaran pertahanan Tiongkok
masih kalah apabila dibandingkan dengan negara lainnya. Rata-rata persentase
anggaran pertahanan Tiongkok terhadap PDB sejak pasca-Perang Dingin cenderung
stabil, yaitu 1,97 persen. Rata-rata persentase tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan rata-rata persentase anggaran pertahanan Brunei, Pakistan,
Singapura, Korea Selatan, India, Vietnam, terhadap PDB setiap negara, dan hanya
sedikit lebih besar dibandingkan dengan Australia (1.93 persen). Jika diubah
tahun dasarnya ke 2000, posisi Tiongkok hanya kalah dari Singapura, Pakistan,
Brunei, India, dan Korea Selatan.
Hanya, jika menggunakan acuan
rata-rata persentase anggaran pertahanan terhadap anggaran belanja pemerintah
sejak 1989, persentase anggaran pertahanan Tiongkok (11 persen) hanya lebih
rendah dari Singapura (24 persen) dan Pakistan (18 persen). Sementara India
memiliki rata-rata persentase yang sama dengan Tiongkok. Tiongkok sering kali
menggunakan luas wilayahnya sebagai dalih besaran anggaran pertahanannya dan
menggunakan rasio anggaran pertahanan per kapita untuk menunjukkan bahwa
anggaran pertahanan mereka relatif kecil dan tidak pantas dianggap sebagai
ancaman oleh negara lainnya. Penyangkalan juga didasari atas ketiadaan hubungan
sebab-akibat jika dikaitkan pengadaan senjata oleh Tiongkok dengan pengadaan
senjata yang dilakukan negara lain. Di lain sisi, banyak yang menyoroti
perubahan anggaran pertahanan Tiongkok yang menaikkan anggaran untuk
kepentingan riset dan kesejahteraan prajuritnya.
Sejarah konflik
Pendekatan rivalitas berdasarkan pola
sejarah sengketa militer antarnegara sejak 1945 menunjukkan Tiongkok merupakan
negara dengan jumlah konflik terbesar dengan negara tetangga di kawasan.Jika
pola rivalitas antarnegara ini kemudian diasumsikan sebagai pola musuh
potensial sebuah negara, secara jejaring anggaran pertahanan di kawasan,
Tiongkok merupakan ancaman bersama. Anggaran pertahanan Tiongkok dipersepsikan
sebagai ancaman karena hubungan antarnegara di Asia cenderung dipengaruhi oleh
pola permusuhan, rivalitas, dan sejarah konflik pada masa lalu, yang kemudian
diinterpretasi sebagai persepsi ancaman dan ketakutan. Pada negara yang
memiliki hubungan anggaran pertahanan, sengketa wilayah dan hubungan tidak
harmonis pada masa lalu yang belum terselesaikan turut memperburuk persepsi
suatu negara terhadap negara lain sehingga setiap upaya memperkuat negara di
sektor militer dapat diartikan sebagai sebuah upaya yang mengancam.
Dari hasil riset pribadi, anggaran
pertahanan Tiongkok diketahui memengaruhi anggaran pertahanan Korea Selatan,
India, Pakistan, Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, Indonesia, Australia,
sekaligus menempatkan Tiongkok sebagai sentralitas jejaring anggaran pertahanan
di kawasan. Hubungan sebab-akibat ditunjukkan pada anggaran pertahanan Tiongkok
dengan Australia, Tiongkok dengan Pakistan, Tiongkok dengan Korea Selatan, dan
Tiongkok dengan Vietnam. Hubungan anggaran pertahanan Tiongkok dan Pakistan
merupakan pengecualian karena kedua negara terlibat dalam berbagai kerja sama
di bidang pertahanan. Ketidakpastian dari intensi dibalik peningkatan anggaran
pertahanan, diikuti kemajuan teknologi militer, penguatan pertahanan maritim,
dan berbagai aksi Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan merupakan sorotan terhadap
Tiongkok sebagai ancaman di kawasan atau bukan.
Pakar hubungan internasional, Profesor
Amitav Acharya, menyatakan bahwa kekhawatiran terhadap Tiongkok didasari atas
ketidakpastian arah perkembangan Tiongkok sebagai kekuatan besar regional dan
global "... uncertainty in the form of Tiongkok's behaviour once she
attained her great power status. Will she conform to international or regional
rules or will she be a new military power which acts in whatever ways she sees
fit." Proses sekuritisasi isu anggaran pertahanan kemudian melahirkan
pemahaman kolektif terkait negara yang menjadi ancaman bersama di kawasan. Hal
ini kemudian ditunjukkan dalam hubungan anggaran pertahanan antarnegara, di
mana anggaran pertahanan suatu negara dimaknai sebagai ancaman eksternal,
seperti yang terjadi pada Tiongkok. Darma Agung, Pemerhati Isu Pertahanan;
Alumnus Universitas Pertahanan Indonesia ( Sumber : Kompas 11 Mei 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar