Sabtu, 27 April 2013

Perang Semenanjung Korea Siapa Yang Berani Memulai, Wilayah Pertahanan | WilayahPertahanan.Com

Perang Semenanjung Korea Siapa Yang Berani Memulai, Wilayah Pertahanan | WilayahPertahanan.Com





Senin (15/4), ribuan rakyat Korut merayakan ulang tahun Kim Il-sung yang lahir pada 15 April 1912. Kim Il Sung mendirikan Korut pada 1948 dan memulai perang Semenanjung Korea pada 1950-1953. Kakek penguasa Korut Kim Jong-un itu meninggal pada 1994. KCNA melaporkan rakyat Korut berbondong-bondong mengunjungi patung Kim Il-sung.“Ayahku, pemimpin besar kami. Ini ekspresi tulus datang dari dasar hati mereka,” kata penyiar KCNA.
Kim Jong-un menghadiri perayaan tengah malam kelahiran kakeknya dengan para pejabat pemerintahan. Rakyat mendekorasi jalan-jalan untuk acara nasional itu, seperti tidak ada potensi perang. Militer Korut juga dijadwalkan akan menggelar parade militer untuk memperingati ulang tahun Kim Il-sung.
Korea Utara (Korut) membuat ancaman baru di saat negara itu merayakan ulang tahun ke-101 pendirinya Kim Il-sung, Selasa (16/4). Di saat ribuan rakyat Korut merayakan ulang tahun Kim Il-sung, ketegangan kembali naik dengan Korut mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan menyerang Korea Selatan (Korsel) tanpa peringatan. “Tindakan balasan kami akan dimulai tanpa pemberitahuan, dari sekarang,” kata kantor berita Korut, KCNA, yang menekankan bahwa tindakan akan segera dimulai.
Korut telah memperingatkan Korsel bahwa kemampuan militer nya akan sangat kuat menghantam setiap kekuatan musuh yang menyakiti martabat pemimpin tertinggi, apabila tidak ada permintaan maaf dari Korsel.  “Bila otoritas boneka sungguh-sungguh ingin dialog dan negosiasi, mereka harus meminta maaf,” kata Militer Korut.
Intelijen Korea Selatan (Korsel) melaporkan Pyongyang diperkirakan dapat sewaktu-waktu meluncurkan rudal balistik jarak menengah, untuk menunjukkan kekuatan militer pada hari ulang tahun Kim Il-sung. Rudal balistik yang akan diluncurkan oleh Pyongyang diyakini adalah rudal Musudan yang memiliki jangkauan hingga 4.000 kilometer, mampu menjangkau wilayah
Beberapa hari sebelumnya, Amerika Serikat (AS) mengecam keputusan Korea Utara (Korut) saluran komunikasi terakhir antara utara dan selatan (Korea Selatan). AS segera merespon ancaman dan tindakan terbaru Korut itu dengan menyebutnya sebagai provokatif dan tidak konstruktif, Rabu (27/3/2013). Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel menegaskan janji “tak tergoyahkan” untuk negara sekutunya Korsel. Hagel meneleponMenteri Pertahanan Korsel, Kim Kwan-jim mengkonfirmasi kembali aliansi kedua negara, yang disebut Hagel sebuah instrumental dalam mempertahankan stabilitas di Semenanjung Korea.
Korea Utara (Korut) secara resmi menyatakan negaranya memasuki “keadaan perang” dengan Korea Selatan (Korsel). Korut memperingati provokasi apa pun akan cepat meningkat menjadi perang nuklir. Pernyataan itu disiarkan oleh kantor berita resmi Korut (KCNA), Sabtu (30/3). “Sampai sekarang, hubungan antar-Korea memasuki sebuah situasi perang, dan semua hal menyangkut kedua negara Korea akan ditangani sesuai dengan protokol perang. Situasi lama dari Semenanjung Korea yang tidak damai atau perang akhirnya berakhir,” demikian pernyataan KCNA.
Korut dan Korsel secara teknis masih dalam situasi perang karena perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Jumat (29/3), Pemimpin Korut, Kim Jong-un telah memerintahkan angkatan bersenjatanya bersiap menembakkan rudal jarak jauh untuk menyerang pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Asia Pasifik, dan wilayah negara AS. Korut juga mengumumkan telah mengakhiri gencatan senjata dan pakta perdamaian bilateral yang ditandatangani dengan Seoul.

Korea Selatan Tidak Percaya Korut Berani

Sementara, Kementerian Unifikasi Korsel cenderung menganggap remeh ancaman Korut. Kementerian Pertahanan pun mengkonfirmasi tidak ada gerakan tertentu tentara Korut di sepanjang perbatasan. “Ini bukan sebuah ancaman baru, hanya bagian dari serangkaian ancaman provokatif,” kata Kementerian Unifikasi Korsel.
Korut telah melancarkan serangkaian ancaman melawan AS dan negara sekutunya Korsel, sejak resolusi sanksi baru terhadap Korut diloloskan Dewan Keamanan PBB, bulan Maret lalu. Meski Korut telah mengumumkan pembatalan perjanjian gencatan senjata, AS dan Korsel menolak pembatalan sepihak Korut.

Sistem persenjataan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) milik AS

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) akan menggelar baterei pertahanan peluru kendali THAAD untuk mempertahankan pangkalannya di Pulau Pasifik, Guam, kata Pentagon, Rabu (3/4), setelah ancaman dari Korea Utara. Berita-berita mengatakan bahwa sistem yang berbasis di darat itu akan tiba di tempat dalam waktu dekat, setelah dua kapal perusak Aegis anti-rudal dikirim ke Pasifik Barat untuk mencegat setiap serangan Korea Utara terhadap target AS atau sekutunya.
THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) adalah system artileri truk yang dapat menentukan suatu peluncuran rudal musuh, melacak hulu ledak, dan meluncurkan pencegat untuk menghancurkannya. Guam adalah pulau wilayah Amerika yang berjarak 2.100 mil (3.380 kilometer) di tenggara Korea Utara di Samudra Pasifik dan merupakan rumah bagi 6.000 tentara Amerika, termasuk Marinir dan awak kapal selam dan kru pembom.

korut

Komando Pasukan Gabungan AS-Korsel dilaporkan telah meningkatkan status koordinasi pengawasan militer, Rabu (10/4). Keputusan itu merespon ancaman termo-nuklir dari Korut yang diumumkan Selasa (9/4). Komando gabungan mengangkat status Watchcon dari tiga menjadi dua. Kantor berita Korsel, Yonhap, mengutip seorang pejabat senior militer menyatakan, hal itu mengindikasikan “ancaman vital.”
Berdasarkan tingkatannya Watchcon 4 berlaku selama masa damai, Watchcon 3 mencerminkan indikasi ancaman penting, dan Watchcon 1 digunakan dalam masa perang. Intelijen Korsel menyatakan Korut telah menyelesaikan persiapan untuk uji coba misil, kemungkinan pada peringatan ulang tahun pendiri Korut, Kim Il-Sung pada 15 April nanti.
Sementara Jepang dilaporkan telah memperkuat sistem pertahanannya karena khawatir Korut akan menyerang Jepang atau pangkalan militer AS yang berada di kepulauan Jepang. Media Jepang melaporkan Kementerian Pertahanan telah menempatkan kapal penghancur dengan sistem pencegat misil dalam kondisi waspada untuk menembak jatuh setiap misil atau reruntuhan misil yang muncul di teritorial Jepang.
Pemerintah Jepang telah memerintahkan penempatan dua sistem penangkal rudal Patriot untuk melindungi Tokyo. Sistem penangkal rudal canggih Patriot Advanced Capability 3 (PAC3) disiagakan di halaman Kementerian Pertahanan di Tokyo, untuk mengantisipasi serangan roket dari Korea Utara. Selain itu, dua sistem penangkal rudal disiagakan untuk melindungi Tokyo dan sekitarnya.

Sikap Sekutu Korea Utara

Rusia dan Tiongkok, negara sekutu Korut, menyerukan agar semua pihak tetap bekerja sama mencegah situasi semakin memburuk, Jumat (30/3/2013). Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyuarakan kekhawatiran, bahwa situasi di Semenanjung Koreaakan menjadi lingkaran setan. “Kami hanya bisa melihat situasi menjadi di luar kendali, itu akan berputar menjadi lingkaran setan,” kata Lavrov.
Sementara Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel menegaskan Washington menanggapi serius ancaman-ancaman dari Korut. Dia menekankan Washington tidak akan takut pada ancaman suka berperang Pyongyang, dan siap berdiri untuk menanggapi setiap kemungkinan. AS malah sudah memamerkan kekuatan militernya dengan secara terbuka mengumumkan bahwa mereka menggunakan pesawat siluman pembom B-52 dan B-2 berkemampuan nuklir dalam latihan militer dengan Korsel.
Washington mengerahkan pesawat pemboman dari pangkalan militer di Guam, dan daratan AS dimaksudkan memberi sinyal jelas komitmen AS untuk membela Korsel terhadap setiap tindakan agresi. AS dan Korsel telah menandatangani pakta kerja sama pertahanan yang menjabarkan kedua negara sekutu itu akan bereaksi dengan segera dan tegas terhadap setiap provokasi Korut.

Perang Kata-Kata dan Perkiraan Terhadap Situasi

Rezim Korea Utara dan Kim Jong-Un beberapa kali mengeluarkan ancaman akan menyerang Korea Selatan dan Jepang. Korea Utara diberitakan menempatkan sistem rudal di pantai timur.  Roket Korea Utara punya jangkauan 4.000 kilometer dan bisa mencapai Korea Selatan, Jepang, dan pangkalan militer Amerika di Pulau Guam.
Para pengamat umumnya memperkirakan serangan itu hanya taktik Kim Jong Un,  tetapi negara-negara tetangganya segera bereaksi. Para pengamat memperkirakan, Korea Utara bisa melakukan ujicoba roket pertengahan minggu ini.
Toshimitsu Shigemura, Profesor Universitas Waseda untuk hubungan internasional menerangkan, langkah Jepang murni hanya langkah pengamanan. Ia tidak percaya Korea Utara benar-benar akan menyerang Jepang.  “Ini perang kata-kata, yang tidak disertai dengan pengerahan militer,” kata Shigemura kepada kantor berita AFP. Juga bisa dilihat dari ancaman Korut yang mengatakan bahwa “setiap kekuatan musuh yang menyakiti martabat pemimpin tertinggi, apabila tidak ada permintaan maaf dari Korsel akan ditumpas habis”. Banyak pengamat bahwa pada kata-kata permintaan maaf dari Korsel adalah isyarat akan suatu dialog.
Pemerintah Jepang tahu dari data-data satelit, bahwa Pyongyang tidak mengerahkan pasukan, kecuali memindahkan peluncur roket ke pantai timur. Korea Utara melanjutkan provokasinya dan mendesak semua warga asing di Korea Selatan agar meninggalkan kawasan itu. Kantor berita KCNA mengutip pernyataan sebuah komisi dan menyebutkan, Korea Utara tidak ingin warga asing menjadi korban dalam konflik.
Sebelumnya, rezim Korut sudah mengumumkan akan menarik semua pekerjanya dari kawasan industri Kaesong. Sekitar 53.000 pekerja Korut bekerja di lebih dari 100 pabrik di Kaesong. Kawasan industri ini adalah proyek kerjasama ekonomi antara selatan dan utara. Proyek ini merupakan sumber devisa penting bagi Korea Utara.

Tidak ada komentar: